Pentingnya-Pendidikan-Kesehatan-Jiwa-di-Sekolah-01-min-1024x480

Pentingnya Pendidikan Kesehatan Jiwa di Sekolah

Kesehatan jiwa merupakan hal yang sangat penting diperhatikan. Karena itu, upaya peningkatan kesehatan jiwa di sekolah terintegrasi dalam manajemen sekolah sehat (UKS) melalui pendidikan kesehatan jiwa. Pendidikan kesehatan jiwa bertujuan agar peserta didik mampu menghadapi tantangan hidup dan memiliki daya tangkal terhadap pengaruh buruk dari luar.

Selain ditujukan bagi siswa, pendidikan kesehatan jiwa juga ditujukan kepada pendidik dan tenaga kependidikan agar pendidik dan tenaga kependidikan mampu memahami perkembangan jiwa peserta didik sesuai kelompok usia anak yang dikaitkan dengan perkembangan fisik.

Mengingat pentingnya pendidikan kesehatan jiwa, maka satuan pendidikan hendaknya memberikan layanan kesehatan jiwa di sekolah. Jenis pelayanan kesehatan jiwa apa saja yang dapat diberikan sekolah? Yuk, simak penjelasan di bawah ini.

Peningkatan kesehatan jiwa (promotif)
Informasi mengenai pentingnya kesehatan jiwa harus terus menerus disebarluaskan agar warga sekolah khususnya peserta didik dengan sadar berupaya meningkatkan kesehatan jiwa. Kegiatan yang mendorong peningkatan kesehatan jiwa antara lain penyuluhan kesehatan termasuk penyuluhan masalah emosi, perilaku, dan latihan keterampilan sosial.

Pencegahan (preventif)
Deteksi dini juga tidak kalah penting dilakukan kepada seluruh peserta didik dengan cepat dan bersifat massal. Dengan melakukan deteksi dini kondisi kejiwaan peserta didik, maka pihak sekolah dapat menentukan treatment apa yang hendak diberikan sesuai kondisi psikis peserta didik.

Tatalaksana dan pemulihan masalah kesehatan jiwa
Baca Juga Eksistensi Bahasa Indonesia di Tengah Ancaman Bahasa Asing dan Bahasa Gaul
Untuk mencegah terjadinya permasalahan kesehatan jiwa peserta didik, maka satuan pendidikan dapat memberikan Intervensi dini berupa psikoedukasi dan konseling oleh guru dan konselor sebaya serta pembinaan dan konseling kepada keluarga. Bila terjadi permasalahan yang tidak dapat ditangani di sekolah, peserta didik dapat dirujuk ke puskesmas atau rumah sakit.

Nah, itulah jenis pelayanan kesehatan jiwa yang dapat diberikan oleh satuan pendidikan. Selain memberikan ketiga jenis layanan di atas, pembinaan lingkungan sekolah sehat jiwa juga harus dilakukan untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan jiwa warga sekolah sekaligus menciptakan suasana dan hubungan kekeluargaan yang akrab dan erat antar sesama warga sekolah juga masyarakat. Ingat Sobat SMP, kesehatan jiwa sama pentingnya dengan kesehatan raga. Jadi, mari bersama-sama menjaga kesehatan jiwa seluruh warga sekolah.

Penulis: Pengelola Web Direktorat SMP

Sumber: Bahan paparan materi “Kesehatan Jiwa & Deteksi Dini Napza” yang dipaparkan Dr. Edduwar Idul Riyadi, Sp.KJ (Direktorat Kesehatan Jiwa Kemenkes) pada (7/6/22)

https://bit.ly/Kumpulan-Materi-Workshop-Bidang-Peserta-Didik

young pretty modern muslim woman in hijab working on laptop in office room, education online, remote work freelancer, typing thinking concentrated

Pembelajaran Diferensiasi: Ciri-ciri, Prinsip Dasar, dan Contoh Penerapannya

Apa yang dimaksud dengan pembelajaran diferensiasi? Seperti yang diketahui, ada berbagai macam model pembelajaran di abad ke-21 ini. Salah satunya adalah pembelajaran diferensiasi ini.

Pembelajaran diferensiasi adalah pembelajaran yang dapat membantu memenuhi kebutuhan belajar setiap siswa. Pembelajaran ini dianggap menjadi salah satu pembelajaran yang cocok untuk diterapkan pada pembelajaran abad 21.

Nah, seperti apa bentuk pembelajaran berdiferensiasi ini? Bagaimana cara menerapkan pembelajaran diferensiasi di kelas? Yuk, kita kupas satu per satu mengenai pembelajaran diferensiasi ini.

Pengertian Pembelajaran Diferensiasi
Salah satu hal penting yang harus disadari guru ketika merancang media pembelajaran adalah siswa yang berada dalam satu kelas memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Perbedaan inilah yang akhirnya memunculkan pembelajaran model baru, yaitu pembelajaran diferensiasi.

Pembelajaran diferensiasi adalah pembelajaran yang dapat membantu memenuhi kebutuhan belajar setiap siswa. Pembelajaran ini digagas oleh Carol Tomlinson, seorang pendidik, penulis, dan pembicara asal Amerika Serikat.

Dalam penerapannya, pembelajaran in membagi dan mengelompokkan siswa ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan karakteristiknya. Siswa juga dapat mempelajari materi pelajaran sesuai dengan kemampuannya, apa yang disukai, dan kebutuhan masing-masing. Dengan begitu, siswa tidak merasa frustasi dan gagal dalam pengalaman belajarnya.

Pembelajaran ini bisa menjadi salah satu pilihan guru saat memilih model pembelajaran yang akan digunakan. Terlebih, pembelajaran diferensiasi ini dianggap cocok dengan pembelajaran di abad 21 ini.

Pengertian pembelajaran diferensiasi menurut para ahli
Adapun pengertian pembelajaran diferensiasi menurut para ahli adalah sebagai berikut.

  1. Tomlinson dan McTighe (2006)
    Pembelajaran diferensiasi menurut Tomlinson dan McTighe adalah pembelajaran yang memfokuskan diri pada siapa yang mengajar, di mana mengajar, dan bagaimana mengajar.
  2. Theroux (2004)
    Pembelajaran diferensiasi adalah pembelajaran yang menciptakan berbagai alur. Dengan demikian, perbedaan kemampuan, minat, dan pengalaman siswa diserap, digunakan, dikembangkan, dan disajikan sebagai sebuah konsep pembelajaran sehari-hari.

Ciri-ciri Pembelajaran Diferensiasi
Ada beberapa karakteristik dasar yang menjadi ciri khas dari pembelajaran diferensiasi. Ciri-ciri tersebut dapat dilihat pada ulasan berikut ini.

  1. Bersifat proaktif
    Bersifat proaktif artinya sejak awal pembelajaran, guru secara aktif sudah mengantisipasi kelas yang akan diajarnya. Caranya adalah dengan merencanakan pembelajaran yang berbeda-beda untuk setiap siswanya.
  2. Menekankan kualitas daripada kuantitas
    Kualitas dari tugas yang dikerjakan siswa menjadi fokus utama pada pembelajaran diferensiasi daripada kuantitas tugas yang diberikan. Jadi, bukan berarti siswa yang sudah selesai mengerjakan tugasnya, akan diberikan lagi tugas tambahan yang sama, tapi siswa tersebut akan diberikan tugas lain yang berbeda agar dapat menambah keterampilannya.
  3. Berakar pada asesmen
    Dalam pembelajaran diferensiasi, guru selalu melakukan berbagai asesmen untuk mengetahui kondisi dan tingkat pemahaman siswa pada setiap pembelajaran. Nantinya, hasil asesmen ini akan menjadi umpan balik untuk guru agar dapat menyesuaikan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa.
  4. Menyediakan berbagai pendekatan
    Ciri-ciri pembelajaran diferensiasi berikutnya adalah menyediakan berbagai pendekatan dalam konten, proses pembelajaran, produk yang dihasilkan, dan juga lingkungan belajar.

Dalam pembelajaran diferensiasi, ada empat unsur yang dapat disesuaikan dengan tingkat kesiapan siswa dalam mempelajari materi, minat, dan gaya belajar mereka, yaitu konten (apa yang dipelajari), proses (bagaimana mempelajarinya), produk (apa yang dihasilkan setelah mempelajarinya), dan lingkungan belajar (iklim belajarnya).

  1. Berorientasi pada peserta didik
    Dalam hal ini, tugas yang diberikan kepada siswa disesuaikan dengan tingkat pengetahuan awal mereka terhadap materi yang akan diajarkan sehingga guru perlu merancang pembelajaran yang sesuai dengan tingkat kebutuhan siswanya.

Dengan kata lain, guru akan lebih banyak mengatur waktu, ruang, dan kegiatan yang akan dilakukan siswa selama pembelajaran daripada hanya menjelaskan materi saja.

  1. Campuran dari pembelajaran individu dan klasikal
    Pembelajaran diferensiasi merupakan campuran dari pembelajaran individu dan klasikal. Hal ini bisa dilihat dari penerapannya di dalam kelas di mana guru memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar bersama-sama secara klasikal, tapi bisa juga belajar secara individu.
  2. Bersifat hidup
    Bersifat hidup artinya adanya kolaborasi terus-menerus antara guru dengan siswa, termasuk dalam hal menyusun tujuan kelas maupun individu. Guru mengawasi bagaimana pelajaran dapat cocok dengan siswa dan bagaimana penyesuaiannya.

Prinsip pembelajaran diferensiasi
Ada beberapa prinsip dasar yang harus diingat oleh guru dalam penerapan pembelajaran diferensiasi. Berikut adalah prinsip- prinsip dasar yang berhubungan dengan pembelajaran berdiferensiasi.

  1. Lingkungan belajar
    Dalam hal ini, lingkungan belajar meliputi lingkungan fisik sekolah dan kelas di mana menjadi tempat siswa menghabiskan waktunya dalam belajar di sekolah. Prinsip ini mengharuskan guru untuk memperhatikan kenyamanan dan keamanan siswa saat belajar di kelas.

Misalnya, dengan menata ruang kelas dengan nyaman, kursi dan meja belajar siswa yang disesuaikan bentuknya.

  1. Kurikulum yang berkualitas
    Prinsip dasar pembelajaran diferensiasi berikutnya adalah kurikulum yang berkualitas. Maksudnya, kurikulum harus mampu membuat siswa memahami materi yang diajarkan secara tepat, bukan pada seberapa banyak siswa yang dapat menghafal materi yang diberikan oleh guru.

Selain itu, di dalam kurikulum juga tergambar dengan jelas keterlibatan siswa dalam pembelajaran melalui tugas-tugas yang diberikan dan asesmen yang dikerjakan oleh siswa. Kurikulum juga harus bersifat teaching up.

Artinya, tidak ada satupun siswa yang tertinggal atau berhenti dalam pengajaran. Jika ada siswa yang memiliki kemampuan lebih, guru harus dapat menantang mereka untuk mengerjakan tugas lain agar keterampilan yang dimiliki berkembang.

Sebaliknya, jika ada siswa yang memiliki kemampuan yang kurang, guru harus membantu mereka dalam mengerjakan tugas-tugas mereka sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ditentukan.

  1. Asesmen berkelanjutan
    Dalam pembelajaran diferensiasi, ada beberapa asesmen yang dilakukan oleh guru. Di awal Asesmen pertama yang dilakukan oleh guru adalah asesmen di awal sebelum mulai membahas materi pelajaran.

Asesmen ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami materi pelajaran yang akan dipelajari sekaligus mengukur sejauh mana kesiapan siswa terhadap tujuan pembelajaran

Kemudian, guru akan melakukan asesmen kedua, yaitu asesmen formatif yang bertujuan untuk mengetahui apakah masih ada materi yang belum jelas atau sulit dipahami siswa, mengetahui apakah ada masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa sehingga membuat mereka kesulitan memahami materi pelajaran, dan sebagainya.

Asesmen formatif ini dilakukan bukan untuk memberikan nilai dalam bentuk angka, seperti nilai ulangan, tapi lebih berupa penilaian kualitatif, yaitu dengan memberikan pertanyaan singkat di mana siswa dapat mengemukakan pendapat mereka.

Selama pembelajaran berlangsung, guru juga memperhatikan bagaimana siswa belajar, apakah ada yang perlu dibantu dalam mengerjakan tugasnya, atau adakah siswa yang belum memahami secara jelas instruksi tugas yang diberikan.

Setelah pembelajaran berakhir, guru kembali melakukan evaluasi sebagai penilaian hasil belajar di akhir mempelajari suatu materi pembelajaran. Misalnya, meminta siswa membuat suatu produk tertentu berupa video, poster, blog, puisi, dan lain-lain.

  1. Pengajaran yang responsif
    Tak hanya dapat menilai kemampuan siswa saja, asesmen formatif juga dapat memberikan guru informasi mengenai kekurangannya dalam membimbing siswa untuk memahami isi pelajaran. Setelah mengetahui hal tersebut, guru dapat memberikan respons berupa mengubah pengajarannya sesuai dengan kebutuhan siswa, memodifikasi rencana pembelajaran, dan sebagainya.
  2. Kepemimpinan dan rutinitas di kelas
    Kepemimpin di sini maksudnya adalah bagaimana guru sebagai pemimpin dapat memimpin siswanya agar dapat mengikuti pembelajaran dalam kondisi dan situasi yang kondusif, melalui kesepakatan kelas yang ditetapkan bersama.

Sementara rutinitas di kelas mengacu pada keterampilan guru dalam mengelola dan mengatur kelasnya dengan baik sehingga pembelajaran bisa berlangsung dengan efektif dan efisien.

Strategi Pembelajaran Diferensiasi
Strategi diferensiasi adalah tindakan yang dilakukan dalam pelaksanaan pembelajaran diferensiasi dengan memperhatikan kegiatan pembelajaran yang dapat mengakomodasi siswa sesuai dengan kebutuhan dan profil belajarnya.

Ada tiga strategi pembelajaran diferensiasi yang dapat dilakukan, yaitu:

  1. Pembelajaran diferensiasi konten
    Strategi diferensiasi konten mengacu pada strategi guru dalam membedakan proses pembagian dan format penyampaian konten. Dalam hal ini, konten adalah materi pengetahuan, konsep, dan keterampilan yang perlu dipelajari oleh siswa berdasarkan kurikulum.
  2. Pembelajaran diferensiasi proses
    Diferensiasi proses adalah strategi dalam membedakan proses yang harus dijalani setiap siswa yang memungkinkan mereka untuk berlatih dan memahami isi konten.
  3. Pembelajaran diferensiasi produk
    Strategi ini mengacu pada kemampuan guru dalam memodifikasi produk hasil belajar siswa, hasil belajar, penerapan, dan pengembangan hal-hal yang telah dipelajarinya.

Cara Menerapkan Pembelajaran Diferensiasi di Kelas
Bapak/Ibu guru yang tertarik untuk menerapkan pembelajaran diferensiasi di kelas, dapat mengikuti langkah-langkah berikut ini.

Mengenali karakteristik siswa, mulai dari sifat, minat, hingga gaya belajarnya. Mengenali karakteristik siswa ini dapat dilakukan dengan metode observasi selama kegiatan belajar berlangsung dan asesmen diagnosis melalui wawancara atau angket.
Setelah mengetahui karakteristik siswa, guru dapat membagi mereka ke dalam beberapa kelompok berdasarkan minat atau gaya belajarnya.
Langkah berikutnya adalah memilih topik pembelajaran dengan memperhatikan keberagaman siswa dalam hal motivasi, minat, dan harapan belajarnya.
Berikan siswa pilihan terkait tugas yang akan dikerjakan, metode pembelajaran, dan media pembelajaran yang akan digunakan.
Guru melakukan asesmen di awal pembelajaran untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami materi pelajaran yang akan dipelajari sekaligus mengukur kesiapan siswa terhadap tujuan pembelajaran. Asesmen juga dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung dan di akhir pembelajaran, guru melakukan evaluasi dengan meminta siswa membuat suatu produk tertentu.
Melakukan evaluasi dan refleksi dari penerapan pembelajaran diferensiasi di kelas.
Contoh Pembelajaran Diferensiasi
Berikut ini merupakan contoh penerapan pembelajaran Diferensiasi pada mata pelajaran Matematika.

Pak Yudi adalah seorang guru Matematika. Saat ini, pelajaran Matematika yang diajarkan oleh beliau memasuki materi tentang Geometri dan ingin menerapkan pembelajaran diferensiasi pada materi ini.

Maka, langkah pertama yang dilakukan oleh Pak Yudi adalah membagi siswa ke dalam 5 kelompok yang terdiri dari 6 siswa per kelompoknya. Pembagian kelompok ini dilakukan berdasarkan gaya belajar siswa.

Sebelum mulai menjelaskan materi, Pak Yudi melakukan asesmen terlebih dahulu untuk mengetahui persiapan siswa dalam belajar.

Kemudian, Pak Yudi memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih media dan metode pembelajaran yang akan digunakan. Namun, sebelumnya Pak Yudi sudah menentukan terlebih dahulu beberapa jenis media dan metode pembelajaran yang akan digunakan guna memudahkan siswa dalam memilihnya.

Setelah mencapai kesepakatan mengenai media dan metode pembelajaran digunakan, Pak Yudi memberikan setiap kelompok untuk dikerjakan bersama.

Selama pembelajaran berlangsung, Pak Yudi tetap melakukan penilaian dengan cara mengamati setiap siswa pada kelompoknya masing-masing.

Nah, ternyata berdasarkan hasil pengamatan tersebut, Pak Yudi menemukan ada siswa A yang kesulitan dalam memahami materi sehingga beliau meminta teman satu kelompoknya yang sudah memahami materi tersebut untuk mengajari siswa A yang kesulitan.

Sementara untuk siswa yang sudah menguasai materi pelajaran, Pak Yudi meminta mereka untuk memberikan penjelasan bagaimana cara mereka menyelesaikan tugas yang diberikan. Di akhir pembelajaran, Pak Yudi melakukan penilaian dengan mengajukan beberapa pertanyaan singkat dan siswa boleh mengemukakan pendapat mereka.

Tak hanya itu saja, Pak Yudi juga meminta siswa untuk membuat sebuah desain bangunan dengan menerapkan rumus-rumus geometri yang telah dipelajari tadi.

Setelah pembelajaran berakhir, Pak Yudi melakukan evaluasi dan refleksi dari penerapan pembelajaran diferensiasi ini. Dari kegiatan evaluasi dan refleksi ini diperoleh hasil bahwa pembelajaran diferensiasi efektif dalam meningkatkan pemahaman siswa serta memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan pada siswa sehingga beliau akan menerapkannya lagi pada pembelajaran berikutnya.

Demikian informasi mengenai pembelajaran diferensiasi yang mungkin bisa Bapak/Ibu guru terapkan saat mengajar di kelas. Semoga bermanfaat!

adhd-attention-deficit-hyperactivity-disorder-included-definition-symptoms-traits-causes-treatment-5084784_final-bc92546bc9df465ea7f13fc423c2085b

Menerapkan Sekolah Inklusi untuk Anak dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)

Anak-anak dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) sering menghadapi tantangan dalam hal konsentrasi, impulsivitas, dan hiperaktivitas. Untuk membantu anak-anak ini meraih potensi penuh mereka, pendekatan inklusi dalam pendidikan menjadi semakin populer. Sekolah inklusi menawarkan lingkungan yang memfasilitasi pertumbuhan dan pengembangan anak-anak dengan ADHD, sambil menyediakan dukungan yang dibutuhkan agar mereka dapat belajar dan berinteraksi secara efektif dengan teman sebaya tanpa ADHD. Artikel ini akan menjelaskan bagaimana sekolah inklusi dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi anak-anak dengan ADHD.

  1. Ruang Belajar yang Dapat Disesuaikan:

Sekolah inklusi menawarkan ruang belajar yang terbuka bagi anak-anak dengan ADHD. Mereka dapat menyesuaikan lingkungan klasikal mereka, mengurangi gangguan dan distraksi yang mungkin menghambat proses pembelajaran mereka. Misalnya, pengaturan kursi, pengaturan meja, atau penggunaan partisi suara dapat membantu anak-anak fokus pada tugas mereka dan mengurangi kecemasan yang sering terkait dengan ADHD.

  1. Penggunaan Metode Pengajaran yang Terindividuasi:

Di sekolah inklusi, guru cenderung menggunakan metode pengajaran yang terindividuasi untuk memenuhi kebutuhan belajar anak dengan ADHD. Mereka menerapkan strategi yang berfokus pada kekuatan individu anak dan memanfaatkan gaya belajar yang berbeda. Teknik-teknik seperti pembelajaran visual, permainan peran, penggunaan alat bantu pembelajaran, dan pemanfaatan teknologi dapat membantu memfasilitasi pemahaman dan retensi informasi bagi anak-anak dengan ADHD.

  1. Sistem Dukungan Tambahan:

Sekolah inklusi menyediakan sistem dukungan tambahan yang penting bagi anak-anak dengan ADHD. Dukungan ini dapat berupa konselor sekolah, spesialis pendidikan khusus, atau asisten pengajar yang berpengalaman dalam bekerja dengan anak-anak dengan ADHD. Dukungan ini membantu mengidentifikasi kebutuhan individu anak dan memberikan strategi yang dirancang khusus untuk membantu mereka mengatasi kesulitan belajar atau mengekspresikan diri.

  1. Terhubung dengan Teman Sebaya:

Sekolah inklusi mendorong interaksi sosial dan partisipasi anak-anak dengan ADHD dengan teman sebaya mereka. Keterlibatan dalam kegiatan kelompok atau proyek dapat membantu anak-anak dengan ADHD membangun keterampilan sosial dan meningkatkan perkembangan sosial mereka secara umum. Ini juga membantu mengurangi rasa isolasi dan mempromosikan perkembangan kesehatan mental yang sehat.

  1. Pendidikan yang Inklusif:

Salah satu manfaat utama dari sekolah inklusi adalah mempersiapkan anak-anak dengan ADHD untuk hidup dalam masyarakat yang inklusif. Melalui pengalaman dalam lingkungan yang heterogen dan inklusif, anak-anak dengan ADHD belajar untuk saling memahami dan menghormati perbedaan satu sama lain. Mereka juga berkesempatan untuk belajar dari orang-orang yang mungkin memiliki kebutuhan atau perspektif yang berbeda.

Sekolah inklusi telah terbukti memberikan manfaat yang signifikan bagi anak-anak dengan ADHD. Dengan pendekatan yang terkoordinasi dan terstruktur, sekolah inklusi memungkinkan anak-anak dengan ADHD untuk mengembangkan potensi penuh mereka, meraih keberhasilan akademik, dan membangun keterampilan sosial yang diperlukan untuk sukses di masa depan. Menggunakan pendekatan inklusi di dalam lingkungan pendidikan mendorong penghargaan terhadap keberagaman dan memastikan bahwa semua anak mendapatkan kesempatan yang sama untuk belajar dan tumbuh.

https://www.kompasiana.com/iirhafsoh0747/649d8d024addee4507231912/menerapkan-sekolah-inklusi-untuk-anak-dengan-attention-deficit-hyperactivity-disorder-adhd

family-with-disables-person-cutout-paper-inclusion-concept-649735614addee7e3b4328a2

Ini Pentingnya Sekolah Inklusi untuk Wujudkan Generasi Inklusif-Berkualitas

Diskusi mengenai inklusivitas pendidikan bagi kelompok disabilitas bukanlah hal yang asing lagi di Indonesia. Badan Pusat Statistik RI mencatat bahwa pada tahun 2020 setidaknya 5% atau sekitar 22,5 juta penduduk Indonesia adalah penyandang disabilitas. Untuk menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu dan inklusif bagi penyandang disabilitas, pemerintah kini telah membangun 40.928 unit sekolah inklusi mulai dari jenjang SD, SMP, hingga SMK dan SMA baik swasta maupun negeri (Medcom.id, 2023). Mengacu pada Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa, sekolah inklusi memberikan kesempatan kepada semua peserta didik berkebutuhan khusus untuk mengikuti pembelajaran dalam lingkungan pendidikan bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya. Eksistensi sekolah inklusi menjadi penting bagi pertumbuhan generasi muda Indonesia karena kehadirannya tidak hanya mendorong pemenuhan hak anak-anak berkebutuhan khusus untuk mendapatkan pendidikan, tetapi juga memberikan ruang bagi siswa nondisabilitas untuk belajar membangun sikap hormat, menghargai, dan mengakui perbedaan kemampuan yang dimiliki oleh anak disabilitas dan nondisabilitas (Roldán, dkk., 2021). Manfaat yang sekolah inklusi tawarkan menjadi kunci dalam membangun generasi masa depan Indonesia yang inklusif, berkualitas, dan mampu berkontribusi secara global. Pasalnya, UNESCO (2014) telah memaparkan bahwa sikap mampu memahami dan menghargai keberagaman identitas; memaknai nilai keadilan, kesetaraan, dan martabat; serta kemampuan kognitif dan komunikasi untuk berkolaborasi dengan keberagaman menjadi kompetensi kunci yang diperlukan di abad ke-21 ini.

Hal yang kemudian menjadi tantangan sekolah inklusi dan pendidikan Indonesia saat ini adalah masih timpangnya pendidikan antara siswa dengan disabilitas dan siswa nondisabilitas, serta kurangnya guru inklusi yang berkualitas. Berdasarkan data tahun 2018-2020, persentase penduduk nondisabilitas tamatan SMA dan Perguruan Tinggi besarnya hampir dua kali lipat dari persentase penduduk disabilitas dengan tamatan serupa (Bappenas RI, 2021). Di sisi lain, ketersediaan guru inklusi saat ini bahkan belum mampu memenuhi kebutuhan guru di Sekolah Luar Biasa (SLB) (Medcom.id, 2023). Oleh karena itu, menginklusikan sekolah-sekolah reguler masih akan menjadi pekerjaan rumah besar bagi Indonesia. Namun, tantangan bukan alasan untuk berhenti mewujudkan pendidikan inklusif melalui sekolah inklusi. Penting untuk mengingat bahwa perwujudannya tidak hanya menjamin terpenuhinya hak-hak kelompok disabilitas, tetapi juga membangun kualitas karakter generasi muda Indonesia secara keseluruhan untuk menjadi generasi emas yang inklusif dan berkontribusi secara global.

Referensi:

Badan Pusat Statistik RI. (2021). Hari Disabilitas Internasional. Retrieved from Badan Pusat Statistik: https://talaudkab.bps.go.id/news/2021/12/03/74/hari-disabilitas-internasional.html

Bappenas RI. (2021, December). Penyandang Disabilitas Indonesia. Retrieved from Bappenas.go.id: https://perpustakaan.bappenas.go.id/e-library/file_upload/koleksi/dokumenbappenas/file/Staf%20Ahli%20Menteri%20Bidang%20Sosial%20dan%20Penanggulangan%20Kemiskinan/Kajian%20Disabilitas%20-%20Tinjauan%20Peningkatan%20Akses%20dan%20Taraf%20Hidup%20Penyandang

Medcom.id. (2023, March 15). Minimnya Jumlah Guru Jadi Tantangan Pertumbuhan Sekolah Inklusi, Kemendikbudristek Lakukan Ini. Retrieved from Medcom.id: https://www.medcom.id/pendidikan/news-pendidikan/ZkeMW8qk-minimnya-jumlah-guru-jadi-tantangan-pertumbuhan-sekolah-inklusi-kemendikbudristek-lakukan-ini

Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa

Roldán, S. M., Marauri, J., Aubert, A., & Flecha, R. (2021). How Inclusive Interactive Learning Environments Benefit Students Without Special Needs. Frontiers in Psychology, 12(661427). doi:10.3389/fpsyg.2021.661427 

https://www.kompasiana.com/natashaadhys8656/6492073b4addee14c53301d2/wujudkan-generasi-muda-inklusif-berkualitas-melalui-sekolah-inklusi

pexels-716276-64bce9d44addee5df02125d2

10 Tips untuk Guru yang Mengajar di Kelas agar Lebih Efektif dan Profesional

Pada kali ini Anda akan dibawa oleh penulis untuk mengingat apa yang sebenarnya biasa Anda lakukan di ruang belajar, tetapi terkadang hal ini dianggap biasa tapi efeknya luarbiasa.

Penulis langsung saja kepada pembahasan beberapa point yang akan menjadi wawasan baru untuk Anda, bahkan akan menjadi lebih baik.

Berikut adalah beberapa saran terbaik bagi seorang guru yang akan memberikan pelajaran di kelasnya :

  1. Kenali siswa Anda : Ciptakan lingkungan yang inklusif dengan mengenal karakteristik dan kebutuhan individu dari setiap siswa. Beradaptasi dengan gaya belajar mereka, minat, dan tingkat kemampuan akan membantu Anda menghadirkan pembelajaran yang lebih efektif.
  1. Persiapkan dengan baik: Rencanakan pelajaran Anda dengan matang dan jelas. Pastikan Anda memiliki materi yang relevan dan alat bantu yang diperlukan untuk mendukung pengajaran Anda.  Pengajaran yang terstruktur dan terorganisir akan membantu siswa lebih fokus dan mudah memahami materi.
  1. Ciptakan suasana yang positif: Jadilah guru yang ramah, mendukung, dan terbuka. Buatlah suasana kelas yang menyenangkan dan tidak menakutkan sehingga siswa merasa nyaman berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.
  2. Libatkan siswa secara aktif: Gunakan beragam metode pengajaran yang melibatkan siswa secara aktif, seperti diskusi kelompok, permainan peran, proyek, atau presentasi. Siswa yang terlibat aktif akan lebih bersemangat dalam belajar dan lebih memahami materi.
  1. Berikan umpan balik konstruktif: Selalu berikan umpan balik yang membangun dan jelas kepada siswa mengenai perkembangan mereka dalam belajar. Dorong mereka untuk terus berkembang dan meningkatkan kemampuan mereka.
  1. Bersikaplah sabar dan empatik: Mengajar adalah proses yang kompleks, dan setiap siswa memiliki tingkat pemahaman dan perkembangan yang berbeda. Bersikaplah sabar dan empatik terhadap perbedaan ini, dan bantu siswa yang mengalami kesulitan dengan cara yang membantu dan mendukung.
  1. Gunakan teknologi dengan bijaksana: Manfaatkan teknologi sebagai alat bantu pengajaran, tetapi pastikan Anda tetap fokus pada tujuan pembelajaran dan bukan hanya sebagai hiburan semata.
  2. Berikan contoh yang baik: Jadilah contoh yang baik bagi siswa Anda, baik dalam sikap, moral, maupun etika. Tunjukkan integritas dan nilai-nilai positif dalam tindakan dan kata-kata Anda.
  3. Evaluasi dan refleksi: Secara teratur lakukan evaluasi terhadap metode pengajaran Anda dan hasil belajar siswa. Lakukan refleksi untuk mengidentifikasi apa yang telah berjalan baik dan apa yang dapat ditingkatkan dalam pembelajaran di masa depan.
  1. Tetap bersemangat dan berinovasi: Jadilah guru yang selalu bersemangat dalam pembelajaran dan terbuka terhadap inovasi dalam metode pengajaran. 

Dunia terus berkembang, dan guru yang adaptif akan lebih berhasil dalam membantu siswa menghadapi tantangan masa depan.

Semoga saran-saran di atas membantu Anda menjadi seorang guru yang inspiratif dan efektif untuk menjadi guru profesional dalam membantu siswa mencapai potensi terbaik mereka dalam pembelajaran yang berkemajuan.

https://www.kompasiana.com/abdulrouf/64bcec29a0688f7a7b4fd5e5/10-tips-untuk-guru-yang-mengajar-di-kelas-agar-lebih-efektif-dan-profesional